Disdik Bagikan Kebutuhan Sekolah ke Ribuan Siswa dan Guru Korban Banjir Bandang
Pemko Padang, melalui Dinas Pendidikan dam Kebudayaan Kota Padang Salurkan Bantuan Pendidikan Kepada 1.229 Siswa dan 154 guru atau tenaga pendidik. Foto Dok,Ist/Arie St Malin Mudo
Padang, Lamosai.com— Padang Bangkit dari bencana banjir bandang dan menata kembali Kota khususnya bidang pendidikan.
Hancurnya beberapa rumah dan sarana pendidikan akibat banjir bandang disertai longsor yang menerjang Kota Padang pada 28 November 2025 tak hanya merenggut harta benda warga.
Tetapi, juga hampir melumpuhkan denyut pendidikan ribuan anak sekolah. Seragam hanyut, buku pelajaran rusak, tas dan alat tulis tak tersisa semua menjadi saksi bisu betapa ganasnya bencana itu menghantam masa depan generasi muda.
Kini, secercah harapan kembali menyala. Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menyalurkan bantuan pendidikan bagi 1.229 siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama termasuk para guru atau tenaga pendidik yang terdampak langsung bencana banjir bandang tersebut.
“Hari ini bantuan pendidikan bagi siswa dan guru terdampak banjir mulai diserahkan,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang melalui Sekretaris Dinas, Nurfitri, Senin (15/12/2025).
Data Dinas Pendidikan Kota Padang mencatat, 589 siswa SD dan 640 siswa SMP menjadi korban langsung keganasan banjir. Banyak dari mereka kehilangan seluruh perlengkapan sekolah, bahkan sebagian terpaksa menunda kembali ke bangku kelas karena tak memiliki seragam.
Bagi keluarga korban yang masih berjuang membersihkan lumpur dan memperbaiki rumah rusak, membeli kembali kebutuhan sekolah menjadi beban berat.
“Mereka kehilangan pakaian sekolah dan perlengkapan belajar. Karena itu Pemko Padang hadir untuk meringankan beban keluarga,” jelas Nurfitri.
Sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap keberlangsungan pendidikan anak-anak korban bencana, Pemko Padang menyalurkan bantuan dari dana Belanja Tidak Terduga (BTT) berupa: Seragam Pramuka, tas sekolah hingga perlengkapan alat tulis, pungkas Nurfitri mewakili KadisdikBud Padang.
Tak hanya itu, 1.229 siswa juga menerima seragam putih-merah dan putih-biru yang berasal dari Gapopin Sumatera Barat, sebagai wujud kepedulian dunia usaha terhadap musibah yang menimpa masyarakat Padang, terangnya.
Langkah ini dinilai krusial untuk memastikan anak-anak bisa kembali bersekolah tanpa rasa minder dan hambatan ekonomi.
Tak berhenti pada korban langsung, Dinas Pendidikan Kota Padang juga menyalurkan bantuan alat tulis untuk pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan, mencakup: 6.348 siswa SD dan 4.034 siswa SMP
Program ini menjadi bagian dari upaya menjaga kualitas layanan pendidikan di tengah situasi pascabencana.
Guru Tak Ditinggalkan: 154 Tenaga Pendidik Terima Uang Duka
Bencana juga memukul para pendidik. Sejumlah guru dan tenaga kependidikan kehilangan rumah, perabot, dan dokumen penting akibat banjir bandang.
Sebagai bentuk solidaritas internal, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang bersama sekolah-sekolah menggalang donasi untuk membantu sesama.
Sebanyak 154 guru dan tenaga kependidikan menerima uang duka sebesar Rp1 juta per orang.
“Bantuan ini untuk meringankan beban guru dan tenaga kependidikan yang rumahnya hanyut, terendam lumpur, atau mengalami kerusakan berat,” kata Nurfitri.
Diserahkan Langsung Wali Kota di Hunian Sementara. Rencananya, seluruh bantuan ini diserahkan secara simbolis oleh Wali Kota Padang, Fadly Amran, di Rumah Khusus yang kini difungsikan sebagai hunian sementara korban banjir bandang di Kecamatan Koto Tangah, Senin siang.
Penyerahan di lokasi pengungsian dipilih sebagai pesan moral bahwa negara hadir langsung di tengah penderitaan warganya—terutama anak-anak yang menjadi harapan masa depan.
Pendidikan Tak Boleh Tenggelam oleh Bencana Banjir bandang Padang menjadi pengingat keras bahwa bencana alam tak hanya soal infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga ancaman serius terhadap keberlangsungan pendidikan.
Bantuan ini diharapkan menjadi titik balik, agar anak-anak korban banjir dapat kembali belajar, bermimpi, dan menata masa depan tanpa dibayangi trauma kehilangan.
Di tengah lumpur yang belum sepenuhnya kering, Padang mencoba bangkit dari ruang kelas, dari seragam baru, dan dari keyakinan bahwa pendidikan tak boleh hanyut oleh bencana. (Hr1/Mond)

No comments